Selasa, 25 September 2012

SWOT Team for Rescue Coffeelover




Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan perkopian Indonesia ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman (tantangan) yang dihadapi suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perkopian. 

Analisis SWOT yaitu analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik dia antara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, barulah perusahaan tersebut dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untung mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimilinya untuk menghindari ancaman yang ada. 

Matrik SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi/perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi/perusahaan. Matrik ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T. 

Untuk lebih jelasnya kondisi industri perkopian Indonesia, apakah masih mempunyai peluang dalam pengembangannya atau tidak relevan lagi saat ini, hendaknya kita menganalisis terlebih dahulu dengan mengunakan analisis SWOT. 

Kekuatan (Strengths)
1. Tersedianya berbagai paket teknologi dari mulai pra panen, panen dan pasca panen yang telah dikembangkan ke masyarakat petani pekebun.

2. Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular coffee atau specialty coffee.

3. Masih terbukanya Peluang pengembangan Product development dalam bentuk kopi setengah jadi (roasted coffee) maupun kopi jadi (soluble dan instant coffee).

4. Ketersedian lahan dan agroklimat yang sesuai, khususnya pengembangan kopi Arabika.

5. Biaya produksi relatif lebih rendah.

Di Indonesia memiliki sedikitnya tujuh macam kopi spesialiti yang telah dikenal dunia seperti

· Gayo Mountain Coffee dari dataran tinggi Takengon, Aceh Tengah,

· Mandheling dan Lintong Coffee dari Sumatera Utara,

· Java Coffee dari dataran tinggi Ijen, Jawa Timur,

· Toraja/Kalosi Coffee dari dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan,

· Bali Coffee dari dataran tinggi Kintamani, Bali,

· Flores Coffee dari dataran tinggi Manggarai, Nusa Tenggara Timur, dan

· Balliem Highland Coffee dari dataran tinggi Jaya Wijaya, Irian Jaya.


Kelemahan (Weaknesses)

1. Rendahnya Produktivitas kopi di Indonesia, baik kopi Robusta maupun Arabika.

2. Belum proporsionalnya komposisi kopi Arabika dan Robusta. Pertanaman kopi Robusta mendominasi dibandingkan dengan kopi arabika, sedangkan permintaan kopi dunia hingga saat ini masih didominasi oleh Arabika dengan pangsa pasar >70 %.

3. Terbatasnya ketersediaan lahan yang memadai.

4. Terbatasnya panen kopi.

5. Rendahnya kualitas/mutu kopi Indonesia.

6. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung industri kopi, khususnya untuk kopi Arabika yang menuntut lingkungan dengan suhu rendah, yang hanya terdapat pada dataran tinggi di pegunungan.

7. Kurang informasi pasar dalam mengefisienkan sistem tataniaga.

8. Pemilikan lahan yang rata-rata masih sempit yaitu seluas 0,69 ha per KK.

9. Terbatas atau lemahnya kelembagaan petani dalam posisi rebut pasar (bergaining position).

10. Ditinjau dari aspek hukum belum banyak produk kopi yang tergolong dalam produk specilaty secara legal memiliki hak paten.

11. Penerapan teknologi (agronomi, pasca panen dan pengolahan) yang masih amat terbatas. 


Peluang (Opportunities)

Peluang pasar kopi Indonesia khususnya dimasa mendatang masih cukup cerah, dengan beberapa indikator sebagai berikut.

1. Distribusi supply dan demand kopi dunia. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia mengalami sedikit peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecenderungan meningkatnya produksi kopi Robusta di wilayah Asia pasifik. Sedangkan kopi Arabika dirasakan beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.

2. Perkembangan harga kopi dunia. Menurut ICO, perkembangan harga rata-rata kopi Arabika selalu lebih tinggi dibandingkan harga kopi Robusta, maka dapat diasumsikan bahwa pengembangan agribisnis kopi Arabika memiliki kecenderungan yang lebih prospektif dibandingkan dengan Robusta.

3. Perkembangan konsumsi kopi dunia (terutama negara importir) cukup baik sehingga pasar dan permintaan baru akan terbuka.



Ancaman (Treaths)

1. adanya ancaman dari minuman lain. Dewasa ini kecenderungan budaya minum kopi khususnya di pasar tradisional mengalami perubahan yaitu dari “hot beverages” ke “cold beverages” yaitu peralihan minuman ke soft drink.

2. Penyimpangan Iklim. Perubahan iklim yang akhir-akhir ini sulit diperkirakan akan berdampak terhadap penyimpangan tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi dalam stadia-stadia tertentu sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan air yang akan berakibat pada penurunan produksi.

3. Kelangkaan tenaga kerja. Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di perkebunan, hal ini dikarenakan tingkat upah yang diterima masih dirasakan relatif rendah.

4. Perkembangan produksi yang besar di negara lain (Vietnam) sangat tinggi menyebabkan persaingan pasar sangat tinggi.



Alternatif Strategi

1. Strategi S-O

o Pengembangan area selain didasarkan pada kesesuaian lahan juga dengan pertimbangan memiliki daya kompetitif dan komparatif secara antar dan intra wilatah serta pertimbangan permintaan pasar/konsumen baik domestik ataupun dunia.

o Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestik maupun internasional serta mempertahankan pasar yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik dalam dan luar negeri termasuik mendukung agrowisata.

o pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi dibidang perkopian, khususnya berupaya kebijakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.


2. Strategi W-O

o Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam mendukung peningkatan kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.

o Menumbuh kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang berazaskan kebersamaan ekonomi.

o Optomalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis baik ditingkat petani maupun usaha menengah dan besar.


3. Strategi S-T

o Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan.

o Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan (environmental friendly coffee).


4. Strategi W-T

o Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi produk-produk kopi spesial (specialty dan bio coffee) untuk mendapatkan nama dagang (trade mark) atau hak paten dari produk-produk yang bersangkutan.

o Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu (SNI, ISO, HACCP) diikuti dengan perbaikan melalui penerapan “reward” dan “punishment” terhadap pembelian produk.

o meningkatkan jaminan keamanan berusaha terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivita serupa lainnya.


Alternatif Kebijakan

Berangkat dari stategi diatas, maka kebijakan pengembangan kopi kedepan khususnya secara teknis dititikberatkan kepada.

1. Kebijakan Umum

o Membangun perkebunan kopi yang berkelanjutan.

o mempertangguh daya saing komoditas melalui peningkatan mutu hasil dan efisiensi usaha.

o Peningkatan dan pengembangan SDM yang tangguh dan bermutu serta IPTEK yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah.


2. Kebijakan Teknis

o Kebijakan ini akan menentukan arah pengembangan kopi kedepan, dengan mengacu pada “market oriented”, yaitu:

§ peningkatan produktivitas (tanaman dan lahan) serta mutu hasil melalui upaya intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi pada areal yang telah ada dan diprioritaskan pada wilayah eks-proyek serta kawasan hutan dan DAS.

§ Pengembangan komposisi kopi Robusta ke Arabika melalui upaya konversi lahan Robusta dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl, serta penanaman tanaman baru pada lahan-lahan yang berkelayakan teknis.

§ Kelestarian dan pengembangan kopi spesial di lahan subur dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl.


sumber:
http://binaukm.com/2010/06/analisis-swot-dalam-usaha-budidaya-tanaman-kopi/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar